Sekoteng: Minuman Hangat Nusantara dengan Sejarah Panjang dari Tiongkok
Halo, sobat Netizen!
Kalau kamu suka jajan malam, pasti udah nggak asing sama minuman hangat satu ini — sekoteng. Kuah jahenya yang hangat berpadu dengan isian kacang hijau, pacar cina, kacang tanah, hingga potongan roti tawar bikin badan langsung terasa rileks. Sekoteng bukan sekadar minuman pelepas dahaga, tapi juga punya cerita panjang sejak ribuan tahun lalu.
Asal Usul Sekoteng
Tahukah kamu, sekoteng ternyata berasal dari Tiongkok dengan nama “su ko thung” atau “si gou tang”, yang berarti sup empat buah. Minuman ini sudah dikenal sejak Dinasti Qin (221 SM). Konon, Kaisar Qin Shi Huang merasakan tubuhnya lebih sehat, pencernaannya lancar, dan rasa lelah hilang setelah minum su ko thung.
Isinya berupa empat bahan utama: biji teratai, kelengkeng, buah jali, dan kacang amandel. Karena khasiatnya, su ko thung direkomendasikan untuk masyarakat Tiongkok agar tetap sehat. Pedagang Tiongkok kemudian membawa minuman ini ke Nusantara.
Di Jawa, su ko thung mengalami perubahan, baik dari nama maupun bahan. Masyarakat setempat menyebutnya “sekoteng”, yang dipercaya berasal dari singkatan “nyokot weteng” (menggigit perut). Resepnya pun disesuaikan dengan bahan lokal seperti jahe, gula merah, pandan, dan ditambah isian khas seperti roti tawar serta susu kental manis.
Sekoteng di Indonesia
Sekoteng berkembang pesat di Indonesia dan tiap daerah punya ciri khas sendiri:
- Sekoteng khas Jawa → kuahnya terbuat dari rebusan jahe, gula merah, pandan, dan serai. Isinya meliputi kacang tanah, kacang hijau, pacar cina, dan potongan roti tawar. Rasanya manis, hangat, dan cocok diminum saat malam hari.

- Sekoteng khas Medan → punya rasa lebih oriental dan isian lebih lengkap. Ada kelengkeng, anggur kismis, jamur, cincau, pepaya muda, agar-agar, sampai biji selasih. Uniknya, sekoteng Medan sering disajikan dingin dengan es batu, jadi pas banget diminum saat cuaca panas.

Dari sini terlihat jelas bagaimana sekoteng bisa berubah sesuai dengan budaya dan selera daerah masing-masing, tapi tetap mempertahankan identitasnya sebagai minuman penghangat sekaligus menyehatkan.
Khasiat Sekoteng
Selain rasanya yang nikmat, sekoteng punya banyak manfaat untuk tubuh. Jahe sebagai bahan utama terkenal ampuh mengurangi mual, meredakan pusing, hingga mengatasi masuk angin. Kacang hijau kaya akan antioksidan yang membantu menjaga tekanan darah tetap stabil, sementara aneka isian lain berperan melancarkan pencernaan.
Itulah sebabnya sekoteng bukan hanya minuman tradisional biasa, tapi juga dianggap sebagai jamu alami yang menyehatkan.
Selain itu, bagi beberapa orang, sekoteng hangat juga bisa membuat tenggorokan terasa lebih lega. Efek ini tergantung kondisi masing-masing, tapi minum sekoteng hangat sering terasa nyaman terutama saat cuaca dingin atau badan sedang lelah.
Hangatnya Sekoteng di Malam Hari
Sekoteng lekat dengan suasana malam. Bayangkan, cuaca dingin, kamu duduk di kursi plastik sederhana pinggir jalan, lalu menyeruput sekoteng hangat dari mangkuk kecil. Uap jahe langsung terasa di hidung, sementara perpaduan rasa manis gurih isiannya bikin betah ngobrol lama-lama.
Bagi sebagian orang, sekoteng juga punya nilai nostalgia. Dari warung kaki lima sampai kafe modern, sekoteng tetap jadi teman hangat di tengah keseharian.
Lebih dari Sekadar Minuman
Sekoteng adalah contoh nyata akulturasi budaya yang masih bertahan. Dari minuman herbal istana di Tiongkok, kini menjadi minuman rakyat yang akrab di seluruh Indonesia. Ia bukan hanya pelepas dahaga, tapi juga bagian dari cerita kuliner yang mempertemukan sejarah, kesehatan, dan kehangatan.
📢 Kalau artikel ini bermanfaat, jangan lupa share ke teman-temanmu juga, biar makin banyak yang tahu dan terbantu!
👤 Ditulis oleh: Aqeela Fazle Mawla Ramadhan & Husna Shafiya
🖼️ Thumbnail diambil dari: Internet
Mau kenal lebih dekat dengan SMK Budi Luhur? Yuk, mampir ke sini:
🥇 SMK Budi Luhur
👉 https://smk.sekolahbudiluhur.sch.id
👉 https://www.instagram.com/smk.budiluhur
👉 https://www.youtube.com/@smkbudiluhurchannel4019/featured
Share this content:
Post Comment