Cakwe: Jajanan Gurih yang Berakar dari Sejarah, Kini Jadi Favorit di Indonesia
Halo, sobat Netizen!
Kalau kamu sering sarapan bubur ayam, pasti nggak asing dengan potongan roti goreng panjang yang gurih dan renyah ini. Ya, itulah cakwe — jajanan sederhana yang selalu jadi pelengkap favorit. Tapi, siapa sangka kalau camilan ini punya sejarah panjang, bahkan lahir dari sebuah kisah tragis di Tiongkok berabad-abad lalu?
Asal Usul Cakwe
Cakwe sudah dikenal sejak abad ke-12 pada masa Dinasti Song. Konon, kisahnya berawal dari seorang jenderal bernama Yue Fei, sosok yang sangat dicintai rakyat karena keberaniannya melawan musuh. Namun, ia difitnah oleh perdana menteri licik bernama Qin Hui, hingga akhirnya dihukum mati secara tidak adil.
Rakyat yang marah melampiaskan protes mereka lewat makanan. Seorang pedagang bernama Li Si membuat dua batang adonan tepung yang disatukan dan digoreng hingga kecokelatan. Bentuk itu melambangkan Qin Hui dan istrinya, yang dianggap berkhianat. Makanan ini kemudian dijajakan dengan sebutan “Hui Goreng” sebagai simbol cemooh rakyat.
Lambat laun, sebutan itu berubah. Dalam dialek Hokkian, makanan ini dikenal sebagai cahkwe yang berarti “hantu goreng”, lalu menyebar dengan nama yang lebih akrab di telinga kita: cakwe.
Perjalanan ke Nusantara
Lewat jalur perdagangan, cakwe akhirnya sampai ke berbagai wilayah Asia, termasuk Indonesia pada awal abad ke-20. Di Tiongkok, cakwe biasanya dimakan polos, dicelup ke bubur panas, atau dinikmati bersama susu kedelai.
Namun, di Nusantara, cakwe mengalami banyak penyesuaian sesuai selera lokal:
- Di Solo, cakwe disajikan bersama susu kedelai.
- Di Pontianak dan Ketapang, Kalimantan Barat, cakwe punya rasa manis dengan tekstur kenyal, disajikan bersama rebusan kacang hijau bergula.
- Di Bandung, cakwe jadi camilan populer yang gampang ditemui di kaki lima, biasanya dengan saus asam-manis atau sambal asam cair.
- Secara umum di Indonesia, cakwe akrab sebagai pelengkap bubur ayam dengan potongan kecil yang bikin sarapan makin mantap.
Cakwe di Indonesia: Dari Tradisional hingga Modern
Kalau dulu cakwe identik dengan jajanan kaki lima, sekarang keberadaannya makin luas:
- Pedagang kaki lima → cakwe hangat di pagi atau sore hari.
- Warung bubur ayam → topping wajib biar bubur makin nikmat.
- Restoran dan hotel → hadir dalam bentuk lebih modern, misalnya cakwe isi ayam, udang, hingga keju, bahkan cakwe mini untuk camilan ringan.
Kenapa Cakwe Tetap Eksis?
Cakwe jadi camilan lintas generasi karena rasanya sederhana tapi nagih, murah meriah, dan cocok dimakan kapan saja. Teksturnya renyah di luar, lembut di dalam, apalagi kalau dicocol saus — dijamin bikin susah berhenti.
Lebih dari Sekadar Gorengan
Cakwe bukan sekadar adonan tepung yang digoreng. Ia lahir dari sejarah penuh perjuangan, menyebar lewat perdagangan, dan beradaptasi dengan budaya setempat. Kini, cakwe jadi bukti nyata akulturasi kuliner: dari simbol protes rakyat Tiongkok, berubah menjadi camilan hangat yang akrab di meja makan orang Indonesia.
📢 Kalau artikel ini bermanfaat, jangan lupa share ke teman-temanmu juga, biar makin banyak yang tahu dan terbantu!
👤 Ditulis oleh: Aqeela Fazle Mawla Ramadhan & Husna Shafiya
🖼️ Thumbnail diambil dari: Internet
Mau kenal lebih dekat dengan SMK Budi Luhur? Yuk, mampir ke sini:
🥇 SMK Budi Luhur
👉 https://smk.sekolahbudiluhur.sch.id
👉 https://www.instagram.com/smk.budiluhur
👉 https://www.youtube.com/@smkbudiluhurchannel4019/featured
Share this content:
Post Comment